Dulu, pernah menulis tentang belajar online vs konvensional. Menulis ya menulis saja karena banyak masukan dari beberapa teman tentang baik dan buruknya belajar online. Belajar online mungkin bukan hal yang aneh dan baru untuk sebagian orang toh sekarang pun sudah banyak bermunculan kelas-kelas online terutama perguruan tinggi sudah banyak yang membuka kelas online secara resmi.

Dampak dari kasus corona akhir-akhir ini, pemerintah mengumumkan kepada seluruh masyarakat untuk melakukan social distancing salah satunya melockdown sekolah dan kegiatan yang banyak melibatkan orang untuk berkerumun.

Tentu saja hal ini merambah keseluruh daerah yang ada di Indonesia termasuk daerah tempat saya tinggal di Limbangan-Garut. Sebagian orang senang karena mendapatkan hari libur yang cukup lama yakni selama 14 hari. Padahal libur kali ini bukan libur biasa. Pekerja (yang masih bisa melakukan pekerjaan dari rumah)  atau pelajar tetap harus bekerja dan belajar tapi sistemnya online.

Yang pekerjaannya Guru bingung dong, bagaimana cara mengajar siswa secara online, meskipun hal ini sudah di prediksi akan muncul dan sudah banyak sosialisasi sebelumnya dalam bentuk workshop atau diklat Guru, namun banyak anak didik yang tidak memiliki ponsel, yang punya pun terkendala sinyal atau tidak memiliki kuota data. Sementara jadwal mengajar harus normal hanya berganti sistem menjadi daring.

Pun saya membuat 3 kelas online sekaligus untuk kelas 8, 9 dan 10. Karena memang sekolah off ini di umumkan secara dadakan jadi tidak ada informasi kepada para siswa sebelumnya, hanya kami  saling share nomor telepon agar bisa saling terhubung dengan yang lainnya. Guru membuat kelas ini dengan tujuan yang baik. Tapi menjadi kelas online yang bukan di harapkan.

Padahal kelas ini hadir sebagai upaya, bahwa Guru tidak hanya memberikan tugas semata namun juga masih tetap bisa berkomunikasi dengan siswa, Seperti beberapa hari lalu Mendikbud Nadiem Makariem memberikan sindiran kepada Guru yang hanya memberikan tugas tapi tak beri bimbingan. cek berita lengkapnya  di indozone.id

kelas online untuk anak kelas 10
Dengan minat belajar yang sangat minim menyebabkan kelas ini tidak berjalan efektif, dari 3 kelas yang saya buat hanya 2 yang efektif itupun tidak diikuti seluruh anak didik karena terkendala dengan fasilitas, beberapa memang tidak memiliki ponsel. Ini yang menjadi kebingungan guru untuk memberitahu anak didik lainnya yang tidak punya ponsel, kapan sampainya?

Minat belajar yang rendah, orangtua yang tidak mendukung, lingkungan yang tidak responsif menyebakan pembelajaran berjalan sangat tidak efektif, sebagian menggaggap ini liburan terbebas dari semua pelajaran. Tidak ada pelajaran selama libur Corona ini bagi anak yang memang tidak mau belajar.

Peran serta orangtua atau masyarakat adalah hal yang kita butuhkan saat ini. Untuk sebagian siswa yang semangat belajarnya tinggi memang tidak ada hambatan. Bagaimana dengan yang tidak mau belajar? Ah entahlah mungkin mereka tidur seharian, yang bebas dan bandel mungkin keluyuran, sebenarnya itulah yang kami khawatirkan.

14 hari sudah berlalu, belum ada keputusan pasti libur ini akan selesai atau diperpanjang sampai kapan, karena kasus corona di Indonesia mewabah lebih cepat dibanding negara lain yang terdampak. Itu artinya bisa saja stay at home diperpanjang demi memutus mata rantai penyebaran virus jahat ini.


Belum selesai dengan kebingungan para guru bagaimana mengajar anak didik yang tak terjangkau ini, Kamipun dikagetkan dengan berita baru bahwa seluruh UN baik tingkat SD, SMP dan SMA resmi dibatalkan oleh pemerintah. Penilaian raport menjadi nilai acuan kelulusan. Kita semua tahu pesriapan UN yang sudah hampir rampung pun harus terbatalkan. Mau apa lagi? keadaan yang mengubah segalannya.

Tidak akan terlalu panjang membahas pembatalan UN, anak-anak harus tetap belajar. kelas online yang dibuat guru tidak terlalu efektif dan hanya berupa sekolah via WA atau saya menyebutnya SKULWA sekolah WA. Tidak ada anjuran dari pihak sekolah, setiap Guru berinisiatif sendiri.

Akhirnya kelas yang ditunggu-tunggu muncul juga, pemerintah menyarankan semua sekolah melakukan sistem pembelajaran daring yang resmi yaitu E-learning resmi dari Kemenag (karena sekolah kami kebetulan dibawah Kemenag)



Ada kendala baru dengan sistem ini kendala yang dihadapi guru dan juga murid.  Karena ini wajib dan semua gurupun sudah mengantongi akun masing-masing, tinggal bagaimana mengaplikasikan ke siswanya nanti, mungkin selain guru harus punya laptop dan wifi sendiri guru pun harus bisa mengoperasikan teknologi. Melihat kenyataan, tidak semua guru mampu melakukannya. Apalagi muridnya?

Sebenarnya E-Learning bisa dipelajari sedari dulu sebelum Covid 19 menyerang, kalau semua Guru dan murid punya kesadaran tinggi akan pentingnya sebuah belajar. Meskipun kita tinggal di daerah  yang jauh dari perkotaan, jangan dijadikan alasan kita tidak bisa menaklukan teknologi dan ketinggalan informasi. Masalah yang sebenarnya adalah "mau atau tidak mau kita belajar?"


Semoga corona segera sirna, dan kita bisa beraktifitas seperti semula. Jangan putus asa. Belajar itu hukumnya wajib untuk semua orang selama kita masih hidup. Tanpa terkecuali. Baik murid ataupun Guru sama-sama wajib belajar.

Salam Pagi, 30 Maret 2020

sumber poto: Detik.news