Kenapa Guru Harus Profesional

Menjadi Guru adalah pekerjaan paling mulia dan paling sulit karena berkaitan dengan pendidikan dan pengembangan karakter. Sulit karena Guru harus mengajar dan mendidik peserta didik yang beraneka ragam mulai dari latar belakang keluarga, sosial dan kepripadian yang jelas berbeda.

Tapi kenapa menjadi Guru dianggap pekerjaan yang paling mudah di negeri ini? siapapun bisa menjadi Guru bahkan dari latar pendidikan apapun mereka berasal. Lapangan pekerjaan terbanyak dan termudah adalah menjadi Guru. Meskipun gajinya sangat minim menjadi Guru tetap pekerjaan paling diminati di Indonesia dari mulai Guru PAUD sampai tingkat SMA. Meskipun mereka bukan lulusan yang berkaitan dengan pendidikan. Kenapa proses perekrutan menjadi Guru begitu longgar? Apa benar orang lulusan universitas apapun, jurusan apapun harus bisa dan mampu menjadi Guru? Kalau memang iya, Lantas untuk apa ada jurusan Keguruan?

Untuk menjadi Guru, mahasiswa yang lulus kuliah dari jurusan keguruan dibekali dengan akta 4 yang berarti mereka telah layak mengajar sesuai dengan bidang yang mereka pelajari. Lantas bagaimana dengan orang yang tidak memiliki akta 4?

Apa bisa seorang Guru yang tidak punya ilmu keguruan bisa mengajar? Mungkin bisa saja selama Guru itu memang mau belajar. Tapi pasti sangat beresiko sekali, beresiko artinya mereka mengajar tidak dengan dasar kelimuan yang seharusnya, program mengajar bahkan metode mengajar yang tidak beraturan akan menyebabkan tidak terwujudnya tujuan pendidikan. Mereka mengambil resiko besar.

Belajarlah jika memang ingin serius mendalami profesi ini, bukan asal, seperti mengatakan hal seperti ini “daripada mengaggur lebih baik menjadi Guru biarpun gajinya kecil, tak masalah” sedih sekali mendengarnya.


Menyimak beberapa Guru yang berasal dari pendidikan non keguruan dan terjebak harus menjadi Guru, beberapa dari mereka menjawab Guru adalah pekerjaan termudah. Apalagi jika mereka merasa punya kepintaran yang lebih seentengnya mengatakan “hanya sebatas menyampaikan ilmu” dari apa yang dia baca, ada istilah Guru dan murid itu bedanya semalam, artinya sebelum menyampaikan materi ke murid Guru sudah mempelajarinya semalam.
Apa seenteng itu pendidikan dan pengajaran?

Mendalami pendidikan dan pengajaran itu sendiri ternyata tidak seenteng itu. Tanggung jawab Guru dan kewajiban Guru yang banyak tentu harus ditangani dengan siap bukan asal-asalan. Bagaimana jika sudah terlanjur terjun ke dunia pendidikan? Dan ternyata jumlahnya tidak sedikit. Pemerintah di buat sibuk dengan keadaan ini (di Indonesia apa ya yang tidak berbuah sibuk).

Pemerintah tidak mau rugi (dana di gelontorkan Negara untuk pendidikan tidak sedikit) menurut APBN menyebutkan anggaran pendidikan pada tahun 2020 sebesar RP 505,8 triliun angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 492, 5 triliun. Bukan jumlah yang kecil jika melihat dunia pendidikan tidak ada yang berubah.

Pemerintah bergerak utuk merubah Guru, Guru yang berasal dari non keguruan telah terlanjur mengajar harus mengikuti pelatihan-pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi mengajarnya. Sejak tahun 2005 Akta 4 yang wajib dimiliki semua calon Guru kini tidak berlaku gantinya adalah semua Guru harus tersertifikasi dengan mengikuti PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru) yang sekarang berganti nama menjadi PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang waktunya lebih lama kurang lebih sekitar 6 bulan untuk menempuh pelatihan ini. Ini adalah program keahlian khusus untuk menjadi Guru. Dengan maksud agar Guru menjadi sebuah profesi yang dijalani dengan sungguh-sungguh.

Kenapa harus sungguh-sungguh? Guru mendidik calon generasi bangsa, apa jadinya jika mengajar dengan asal-asalan (kalau mal-praktek terlalu kasar untuk sebutan ini) kenapa Guru harus profesional?seperti yang tertera dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2017 tentang perubahan atas peraturan peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang Guru dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menenngah”

Berbagai pelatihan Guru di wajibkan oleh pemerintah semata-mata agar Guru mau berkembang, mau belajar untuk meningkatkan skill mengajarnya. Karena jika tidak ada dorongan yang kuat dari pemerintah kadang hal-hal seperti ini sulit terwujud kecuali jika Guru tersebut besar dan kuat rasa ingin tahu dan semangat belajarnya.

Profesional itu sendiri adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukna keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Jadi kalau masih ada Guru yang berasal dari latar belakang non keguruan atau non kependidikan maka tentu saja sangat menyakiti para Guru yang sebenarnya bersusah payah untuk mendapatkan gelar profesi nya. Kalau saja pekerjaan lain harus ditangani secara profesional, kenapa tidak dengan Guru padahal guru sendiri lah yang melahirkan para profesional.

Alasan kekurangan Guru lah yang menyebakan profesi Guru bercampur dengan segala bidang yang ada, dan kita tidak bisa menutup mata  bahkan pemerintah pernah menegaskan bahwa bisa saja sarjana yang berasal dari non kependidikan menjadi Guru dengan syarat mengikuti PPG atau Pelatihan Profesi Guru selama setahun. PPG ini merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang menyiapkan mahasiswa dalam pekerjaan yang memerlukan persyaratan keahlian khusus program ini diselenggaraka untuk mempersiapkan lulusan S1 kependidikan dan non kependidikan yang berminat menjadi Guru agar menguasai kompetensi Guru seutuhnya.



Jika alasannya seperti ini, maka seharusnya, jika sejak awal akan mengajar dan mendidik anak-anak di sekolah, calon Guru harus mengambil minat sesuai tujuannya. Inipun menjadi sebuah problema karena minat dan bakat tidak terdeteksi sejak dini. Para calon mahasiswa, mereka mengambil jurusan apapun asal diterima di perguruan tinggi meskipun hal itu bertolak belakang dengan passionnya. Asal kuliah. Jurusan apapun tidak masalah daripada selulus SMA masih menganggur.

Nanti setelah beberapa tahun Kuliah baru tersadar salah jurusan. Setelah lulus, malah tidak tahu mau mengembangkan ilmu seperti apa, akhirnya melamar pekerjaan  ke sekolah dan berharap menjadi Guru. padahal Guru bukan cita-citanya, kenapa ke sekolah? Karena Sekolah kekurangan Guru dan perekrutanya longgar. Nah, inilah salah satu asal mula banyak Guru yang bukan berasal dari latar belakang keguruan yang diharapkan anak didik.

Setelah menjadi Guru, maka bersiaplah mengikuti serangkaian pelatihan keguruan. Maka jika tidak menemukan Passion disini, malaspun melanda dan akhirnya mengajar pun ngasal!
Ayolah Bapak Ibu Guru, jika merasa tersesat dan terdampar di Sekolah teruslah belajar!
Semangat terus wahai Bapak Ibu Guru!

*tulisan ini merupakan tulisan berantai yang pernah di publish di ketix dengan judul Menjadi Guru, Pekerjaan Paling Mudah?
* sumber gambar : theconversation.com




0 Comments