Menanamkan Profil Pelajar Pancasila dari Rumah


 Ada quote menarik yang selalu saya ingat :” Jika kamu mendidik satu laki-laki maka kamu mendidik satu orang. Namun jika kamu mendidik satu perempuan , maka kamu mendidik satu generasi “ _Mohammad Hatta_

Dari quote tersebut, megingatkan saya betapa pentingnya Pendidikan bagi seorang perempuan, karena benar Ketika kita terjun kedalam sebuah keluarga, orang yang pertama menjadi Guru untuk anak kita adalah seorang ibu.

Lantas, seberapa penting Pendidikan untuk seorang ibu? Jawabannya sangat penting. Seorang ibu harus mampu tak hanya mengajarkan tetapi juga mendidik dan menanamkan nilai-nilai baik pada diri seorang anak.

Jaman terus berubah, Pendidikan pun kian berkembang. Kehidupan anak-anak kita pada jaman sekarang tentu tak sama dengan kehidupan kita di waktu lampau, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepatnya bahkan hingga tak terkendali, anak-anak kita seperti saling berlari dengan teknologi mungkin saja kita seorang ibu malah baru melangkah.

Didiklah anakmu sesuai dengan jamannya, jika ilmu pengetahuan berkembang maka kemampuan Seorang Ibu pun harus ikut maju. Untuk apa, toh seorang ibu hanya mendidik didalam rumah? Meskipun didalam rumah justru kita sedang mendidik para generasi masa depan. Untuk itulah pentingnya seorang ibu terus belajar tanpa Lelah. Karena sejatinya manusia adalah makhluk  pembelajar, termasuk seorang ibu.

Apa yang seorang ibu pelajari sebenarnya? Banyak sekali hal… karena pada dasarnya  seorang ibu adalah seorang guru!

Saya seorang ibu tiga orang anak perempuan, betapa besar tanggung jawab saya sebagai ibu dari 3 orang anak jika saya tidak mau terus belajar lantas apa yang akan terjadi dengan komunikasi saya dengan anak-anak yang kian hari tidak nyambung , meskipun mereka bersekolah mengenak gurunya tidak seharusnya kita lepas tanggung jawab, sekali lagi. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.

Bukankah seorang ibu selalu penuh harap menantikan perkembangan anaknya, jangan sampai karena seorang ibu berhenti belajar, komunikasi dengan anak terhenti karena kita tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, apa yang mereka lakukan dan apa yang sedang in mereka perbincangkan.

Kita harus masuk dalam setiap fase anak, tidak bermaksud untuk ikut campur karena anak sekarang memang tidak mau juga jika orang tua terlalu kepo dengan privasinya. Tapi setidaknya kita harus tahu apa yang sedang anak kita rasakan, apa yang ingin mereka ceritakan, apa yang pantas untuk didskusikan.

Untuk itulah saya merasa bersyukur dapat bergabung dengan komunitas ibu penggerak yang didalamnya adalah para ibu pembelajar yang peduli dengan Pendidikan anak Indonesia bahkan mereka memulai mendidik  dari  lingkungan terkecil yakni rumah.

Bergabung di komunitas ini membuat mata saya makin terbuka lebar, bahwa betapa masih banyak yang peduli dengan Pendidikan anak-anak, tak harus berpendidika tinggi untuk mendidik anak-anak karena fitrahnya seorang ibu adalah mendidik namun di komunitas ini kami juga dikenalkan dengan ilmu-ilmu baru di dunia parenting bahkan sampai masuk ke ranah Pendidikan diluar rumah salah satunya Pendidikan seputar sekolah anak-anak kami.

Kami, para ibu dibuat melek dengan Pendidikan anak-anak kami di sekolah bahkan kamipun wajib tahu apakah sekolah yang anak-anak kami belajar didalamnya sudah sesuai atau belumkah dengan harapan pemerintah, kurikulum yang digunakannya apa dan sebagainya. Kita diajarkan sampai pada hal-hal yang ah orangtua mana tahu urusan sekolah. Benar-benar di buat melek. Informasi dari kementrian Pendidikanpun  langsung bisa kami baca dan terima dengan cepat.

Ada yang ingin saya sampaikan kepada seluruh orangtua di Indonesia terutama kepada Ibu yang akan mendidik putra-putrinya langsung.

Bahwa, seberapapun tingginya ilmu pengetahuan dan teknologi, seorang ibu tidak boleh abai pada Pendidikan karakter anak- anaknya. Dan ada harapan besar dari lahirnya profil Pancasila, anak-anak diharapkan tumbuh sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, disinilah pentingnya peran orangtua untuk  penguatan karakter sejak dini berawal dari rumah, sehingga anak-anak siap menjadi pribadi yang stabil secara moral.

MENANAMKAN PROFIL PANCASILA DARI  RUMAH

Ibu-ibu… profil Pancasila adalah profil yang harus dimiliki para pelajar termasuk anak didik kita di rumah. Profil pelajar Pancasila berarti pembelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila.

Ada enam dimensi profil pelajar Pancasila yang harus pelan-pelan ditanamkan dalam jiwa anak-anak kita sehingga pada akhirnya dapat menjadi sebuah karakter.

Berikut 6 dimensi karakter profil Pancasila.

1.      Beriman, bertakwa kepada tuhan yang maha esa dan berakhlak mulia

Sesuai dengan sila pertama dalam Pancasila yang berarti ketuhanan yang maha esa penanaman moral pada anak tentang kepercayaan kepada tuhan yang maha esa harus ditanamkan sedini mungkin sesuai dengan agama masing-masing.

Hal yang paling penting diajarkan adalah bahwa sejak dini anak sudah dikenalkan dengan Tuhan dan kepercayaannya contohnya dalam agama islam anak sudah dibiasakan shalat 5 waktu tepat waktu, belajar berpuasa di bulan Ramadhan dan sebagainya.

Sedangkan berakhlak mulia anak diajarkan berperilaku baik terhadap sesama manusia, berperilaku baik kepada binatang dan tumbuhan sebagai wujud akhlak terhadap hewan.

Menjaga lingkungan dengan tidak membuang sambah sembarangan sebagai wujud akhlak terhadap lingkunagn, menjaga ketertiban sebagai bentuk akhlak terhadap negara dan sebagainya.

2.      Berkebinekaan Global

Anak dibiasakan mengenal dan menghargai budaya bangsa lain tanpa merendahkan budaya sendiri.  Contohnya, belajar Bahasa asing untuk tujuan komunikasi dan dan membuka wawasan seluas-luasnya dengan tujuan untuk saling menghargai dan terbentuknya budaya baru yang positif  yang tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.

3.      Gotong royong

Contoh sederhana penerapan gotong royong di rumah adalah bekerjasama melekukan pekerjaan rumah tangga misalkan anak dibiasakan membantu ibunya mencuci piring, memasak dan lain sebagainya dengan sukarela agar kegiatan yang dikerjakan lebih mudah dan ringan.

4.      Mandiri 

Membiasakan anak mengerjakan segala sesuatu sendiri, tentu saja dengan pantauan orangtua seperti terbiasa membereskan tempat tidurnya sendiri, merapikan tempat bermainnya sendiri, membuat anak tidak ketergantungan terhadap orang lain dan menubuhkan kesadaran dan rasa tanggung jawab.

5.      Bernalar kritis

 

Membiarkan dan membiasakan anak memperoleh informasi dan menganalisisnya adalah proses anak bernalar kritis, tidak mudah membuat kesimpulan dari sebuah informasi yang didapatkan, tidak ikut serta menyebarluaskan konten yang maih belum jelas kebenarannya.

 

6.      Kreatif

Menggali jiwa kreatif untuk anak bagi saya memang lumayan sulit, tapi tidak ada salahnya kalau kita terus mencoba. Anak-anak harus dibiasakan membuat sebuah karya yang orisinil. Memang awal-awal pasti banyak mencontoh dan hal itu wajar baru pelan-pelan kita beritahu bahwa sebaiknya kita membuat sebuah karya yang orisinal alias tidak menjiplak hasil karya orang lain. Kami di rumah membuat channel youtube kontennya tentang daily activities dan masak memasak dan ini bagus karena Ketika anak-anak diberikan ruang untuk berkreasi maka mereka akan menciptakan sebuah karya. Pelan-pelan awalnya berkarya sampai akhirnya berdampak.

Itulah beberapa yang bisa saya tulis dan share tidak begitu banyak, tapi mudah-mudahan bermanfaat, kita tahu mendidik seorang anak itu tidaklah mudah.tapi jika kita semua berkolaborasi insyaalloh apa yang kita harapkan tentang Pendidikan Indonesia yang maju akan terwujud.

Pendidikan bukanlah hanya tanggung jawab guru saja tapi tanggung jawab kita semua, termasuk peran masyarakat di lingkungan dan peran ibu di dalam rumah.

Untuk membuat 1 anak menjadi pintar kita butuh tenaga sekampung untuk mewujudkannya. Semangat untuk para orangtua.

 

 #ibupenggerak

sumber gambar: kemdikbud

tulisan ini pernah di publish di buku antologi bersama ibu penggerak tahun 2021.

 

2 Comments

  1. Seorang ibu memang tidak harus berpendidikan tinggi, tetapi wajib punya kemauan untuk terus belajar. Di zaman sekarang sangat mudah mendapatkan ilmu, kitanya saja yang harus cermat mem-filter.

    ReplyDelete
  2. Sesuai dengan prinsip pendidikan belajar sepanjang hayat. Semangat ibuuu,

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung dan berkomentar dengan baik, positif dan membangun.....