Tanpamu Guru Apa Jadinya Aku




......

Banyak cerita tentang guru, kebaikan dan kejelekannya pasti akan jadi sebuah cerita. Baik itu cara mengajar, mendidik bahkan sampai ke performance dan attitude guru. Guru berusaha maksimal menjadi bagian the best dirinya sendiri. Namun kadang apa yang kita tampilkan didepan tidak menjamin "the best" bagi yang lain. Yang terpenting kita sudah melakukan yang terbaik bukan?

Guru. Menyebut namanya kadang bergetar hati ini. Bagi penulis sendiri guru tetap lah guru apapun mata pelajaran yang dia tempuh. Baik itu guru agama atau guru ilmu-ilmu pengetahuan umum. Tidak ada pengkotak-kotak kan karena mata pelajaran.

Guru adalah penerang. Memberikan secercah cahaya bagi yang haus belajar. Tentu, peran guru tak hanya mengajar atau sekedar transfer ilmu. Namun guru pun harus mampu mendidik, mengembangkan karakter positif dan menemukan minat pada diri anak.

Sulit? Memang. Apalagi kita dihadapkan dengan anak yang terlahir di era milenial. Murid yang protes dan komplain terhadap kinerja guru bahkan bisa ditemukan dimanapun salah satunya di media sosial.

Setiap guru sejatinya berhati baik, penyayang sama seperti orangtua di rumah. Namun ada beberapa guru (bisa jadi termasuk penulis)  mungkin ketika mengajar, menyampaikan materi, menasehati, terkesan cerewet, galak dan marah. Ketahuilah, segala kecerewetan adalah bentuk kasih sayang. Doa guru sama seperti doa-doa orangtua yang menginginkan kebaikan untuk muridnya.

Sejatinya yang murid inginkan adalah guru hadir di tengah-tengah murid setiap harinya. Guru harus menjadi pengelola kelas.

Belajar dari beberapa cerita siswa:

"Kenapa guru lebih senang ngobrol di kantor pada jampel?"

"Ada guru yang sekalinya masuk ke kelas langsung update kegiatan kelas di medsos, seolah paling rajin padahal jarang masuk ke kelas"

"Guru masuk ga pernah bolos, mungkin caper"

Dan banyak lagi yang lainnya, bukan berarti guru tidak punya cerita tentang murid di kelas, tentu banyak sekali.

Dari cerita diatas penulis belajar sesuatu dan mengingat jasa guru penulis yang telah tiada (semoga Alloh menempatkannya di tempat mulia)
Beliau adalah guru yang sangat rajin, seumur hidupnya menjadi guru tidak pernah bolos mengajar, sekalipun sedang sakit bahkan hari-hari terakhir menjelang kepergiannya adalah setelah beliau mengajar.

Pelajaran yang dapat diambil dari pengalaman guru penulis tersebut, jadilah guru yang terus menantang dirinya sendiri. Menantang untuk terus lebih baik sekalipun tidak sempurna. Guru juga manusia.

Mengajar adalah terus belajar. Mendidik adalah terus terdidik.

Terimakasih bapak ibu guru, tanpamu apa jadinya aku.
Selamat Hari Guru.

2 Comments

  1. Wihh, ternyata tulisan mbak Mila dah banyak wew. Goodjob mbak. Semangat

    ReplyDelete

Terimakasih sudah berkunjung dan berkomentar dengan baik, positif dan membangun.....