21 April adalah perayaan Hari Kartini, seorang tokoh perjuangan emansipasi yang sangat menginspirasi kaum perempuan sehingga hari lahirnya diperingati secara nasional. Mungkin tanpa perjuangan dan keberanian Kartini memperjuangkan haknya sebagai perempuan di masa itu, entah apa yang akan terjadi dengan perempuan pada masa sekarang.

Kartini dikenal dengan perempuan cerdas dan berani. Kisahnya yang inspiratif tidak hanya berhasil di bukukan dalam bentuk biografi namun juga berhasil di filmkan. Ada beberapa judul Film yang mengisahkan tentang Kartini sebelumnya yakni R.A Kartini pada tahun 1984 dan Surat Cinta Untuk kartini pada tahun 2016. 

Film Kartini yang dibintangi Dian Sastrowardoyo tayang pada tahun 2017 berhasil menyedot perhatian masyarakat bahkan film inipun pernah diputar di markas Perserikataan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, AS pada Maret 2018.

Kisah di film Kartini adalah kisah nyata yang Kartini alami pada masa itu, film yang kental dengan adat jawa ini memberikan pengaruh dan pandangan baru tentang perempuan. 

Bahwa perempuan tak seharusnya selalu mengalah, bahwa perempuan tak seharusnya selalu disalahkan, bahwa perempuan harus mandiri, berani dan memiliki pemikiran yang tidak kalah dengan kaum laki-laki.Perempuan seharusnya memiliki pemikiran yang merdeka. Perempuan seharusnya memiliki cita-cita yang sama. Sehingga tidak melulu setelah dewasa dinikahkan dan berhenti bermimpi.

Kisah pada awal 1900an ini adalah dimana kaum perempuan tidak boleh mengenyam Pendidikan sekalipun keturunan ningrat, kita tahu Kartini adalah keturunan ningrat dari ayahnya. Kartini merupakan anak dari istri pertama tapi bukan istri utama. Artinya ibunya Kartini yang bernama Ngasirah bukanlah perempuan ningrat, setelah menikah dengan ayahnya ibunya dianggap sebagai pembantu di keluarganya sendiri. Kartini tidak bisa melawan tradisi yang sudah sangat melekat.

Menyaksikan Ibu kandungnya sendiri menjadi orang terbuang di keluarganya karena tidak berpendidikan, Kartini menolak dijodohkan dan memilih belajar. Dalam pikiran perempuan Jawa pada saat itu tujuan hidup seorang perempuan adalah menikah. Mau tidak mau harus menikah sekalipun dengan laki-laki yang tidak dicintainya.

Tidak ada jalan lain untuk mengubah perempuan Jawa dan membuka pikirannya kecuali dengan pendidikan. Kecintaanya terhadap dunia pendidikaan tak ingin dinikmatinya sendiri. Bersama kedua adiknya Roekmini dan Kardinah, Kartini membuat sekolah untuk kaum miskin dan anak-anak, Kartini juga membuka lapangan pekerjaan untuk warga miskin terutama kaum perempuan. Agar tidak bernasib seperti Ibunya.
"Terkadang, kesulitan harus kamu rasakan terlebih dahulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu.'' R.A Kartini  

Kecintaanya terhadap dunia Pendidikan tak ingin dirasakanya sendiri, melihat perempuan maju adalah cita-cita tertingginya, pemikirannya jauh kedepan bagaimana perempuan Indonesia harus mandiri. Agar mereka tidak bernasib sama  seperti ibu kandungnya.

Hasil perjuangannya dapat kita (terutama para perempuan) nikmati pada saat ini. Cita-cita Kartini tercapai sudah. Tumbuhlah kartini-kartini masa kini. Bangunlah mimpimu. Teruslah berkarya. Baik dari rumah atau dari luar rumah.

Untuk cerita lengkapnya silakan menonton filmnya. Kalian akan merasa terbawa suasana ke tahun 1900an dan yang terpenting temukan inspirasi di film tersebut, Temukan nilai dirimu. Kamu sangat berharga.

"Tubuh boleh terpasung, tapi jiwa dan pikiran boleh terbang sebebas-bebasnya" R.A Kartini

Meskipun sudah tiga tahun berlalu, film ini masih sangat layak ditonton. Menjelang hari perempuan pada 8 Maret Saya pilih Film ini, terbaik untuk membangkitkan semangat perempuan Indonesia dalam menggapai mimpinya.

Film                  : Kartini
Sutradara       : Hanung Bramantyo
Pemain    : Dian Sastrowardoyo, Dedi Soetomo, Reza rahaardian, Ayushita, Acha Septriasa
Tanggal Rilis  : 19 April 2017
Durasi             : 122 Menit
Produksi         : Legacy Pictures/Screenplay film
Produser        : Robert Roni
Sumber gambar: twitter.com


Pulosari, Ba'da Isya 21 April 2020
Re-Publish, Rabu 21 April 2021
Re-publish, Jumat 4 maret 2022 (edited)

#14daysblogspediachallenge